Friday, May 25, 2007

Goa Istana Maharani Tercantik di Indonesia

Kompas - SALAH satu keajaiban dunia yang dikenal selama ini Candi Borobudur di Magelang (Jawa Tengah). Tetapi, menurut Dr KRT Kho, seorang ahli Goa dari Yayasan Speleologi Indonesia (YSI), Goa Istana Maharani (GIM) yang terletak di Tanjung Kodok, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, merupakan yang terbaik di Indonesia.

Bahkan bisa disejajarkan dengan goa wisata Altamira (Spanyol), Mammoth dan Carlsbad (Amerika Serikat), dan Goa Coranche (Perancis). Bukan hanya itu saja. Batu stalaktit dan stalagmit yang ada di GIM, setiap 10 tahun tumbuh mekar satu sentimeter.

Oleh karena itu, GIM yang pertama kalinya ditemukan empat buruh penambang coral pimpinan Sugeng dan mandor Sunyoto, 6 Agustus 1992, semakin diminati wisatawan dari Jatim, Jateng, dan provinsi lainnya.

Bukan hanya masyarakat umum yang tertarik, tetapi kalangan pelajar, mahasiswa pencinta alam, seniman, berbagai organisasi bela diri tenaga dalam, tenaga prana, paranormal, maupun turis mancanegara bergantian mengunjungi GIM.

Meski lokasi GIM tidak berada di jalur utama (jalan provinsi) yang menghubungkan Tuban-Lamongan-Gresik-Surabaya, namun mudah dijangkau, karena terletak di tepi jalan raya yang cukup padat lalu lintasnya.

Dibuka setiap hari pada pukul 07.30-12.00 dan pukul 13.00-17.00, dengan karcis tanda masuk Rp 1.500 plus asuransi Rp 50 per pengunjung.

Dianjurkan untuk mengunjungi GIM di luar hari libur, karena lebih santai dan benar-benar bisa merasakan betapa luar biasanya goa terbaik di Indonesia ini.

Harap dicatat pula, pengunjung tidak diperkenankan membawa tas barang, jaket dan helm/topi. Barang-barang tersebut dapat dititipkan secara gratis kepada petugas jaga di sana.

uuu

GIM yang diresmikan Bupati Lamongan Mohamad Faried 10 Maret 1994, hanya memiliki sebuah "pintu" masuk maupun ke luar. Untuk menuju pintu ini dibuatkan trap-trap dari batu dan berpagar besi.

Tepat di belakang pintu sebelah kiri, dijumpai seorang petugas yang menangani lampu listrik warna-warni dan tape recorder.

Puluhan lampu ditata sedemikian rupa, sehingga menambah keindahan dan kontrasnya stalagmit dan stalaktit.

Agar pengunjung tidak tercekam hatinya, diputarlah aneka macam lagu dari tape recorder. Lagu itu menggema dan bagai memantul-mantul, karena penempatan pengeras suara standar yang tertata apik.

Petugas juga siap melayani pemotretan langsung jadi (polaraid) maupun pemotretan biasa. Termasuk menjual buku mungil berjudul Pesona Gua Alam Istana Maharani di Tanjung Kodok Lamongan, yang disusun Drs Achmad Chambali.

Agar GIM yang berada pada kedalaman sekitar 25 meter dari permukaan tanah itu tidak pengap, dipasang sebuah blower kipas angin ukuran besar sehingga pengunjung tetap mampu bertahan berlama-lama di goa ini.

Sedang untuk menjaga kelestarian GIM, pengunjung dilarang merokok, membuang sampah, mencorat-coret dan tidak diperkenankan melompati pagar pengaman dari besi.

MENURUT Drs Achmad Chambali, penulis buku Pesona Gua Alam Istana Maharani di Tanjung Kodok Lamongan, bentuk GIM yang luasnya sekitar 2.000 meter persegi ini bila dilihat dari atas bagai bunga Wijaya Kusuma yang tengah mekar.

Dan dikelilingi sembilan relung. Yaitu relung buwono (tanah/bumi), agni (api) dua ruangan, bayu (angin) tiga ruangan, tirto (air) empat ruangan, jiwo (jiwa) lima ruangan, rogo (raga) enam ruangan, sukmo (sukma) tujuh ruangan, andhika, dan balemuko.

Sedang ornamen stalagmit dan stalaktit yang bertebaran di seluruh ruangan goa, antara lain diberi nama-nama bunga (sekar). Seperti sekar melati, kenongo, kenikir gading, wijaya kusuma dan sekar mayang.

Lalu di bagian langit-langit goa diberi nama Karang Langit, Tembok, Bumi, Langit Coklat, Langit Gempal, Langit Riti, Langit Glambir dan yang dianggap spektakuler disebut Sayuto Kartiko Suci (Sejuta Bintang Suci).

Termasuk batu-batuan yang bernama Wojo Yakso (gigi raksasa), Selo Kodok (batu katak), Selo Panembahan ( batu kiai), Godo rujakpolo (alat pemukul berukuran besar) dan mahkotarama (mahkota raja).

Berbagai bentuk ornamen, batu-batuan dan langit-langit tersebut, tampak indah, kokoh, dan bagai menyimpan misteri, setelah dipertajam dengan sorotan lampu aneka warna.

Menurut Achmad Chambali, pemberian nama-nama yang berada di lingkup GIM, disesuaikan dengan cerita rakyat sepasang suami Rajul dan Mar'ah serta Tanjung Kodok.

Sedang nama Maharani diusulkan istri mandor Sanyoto, berdasarkan mimpi yang dialami sebelum goa tersebut ditemukan. "Ia bermimpi melihat seorang putri cantik bermahkota emas, intan, dan berlian dengan motif bunga mawar dan bunga dahlia. Putri itu bernama Maharani. Dalam bahasa Kawi, maha artinya sangat dan rani asal kata Rona artinya warna-warni," tuturnya.

Ia menambahkan, sebelum menyusun buku Pesona Gua Alam Maharani di Tanjung Kodok Lamongan, bersama dengan seorang teman terlebih dulu memasuki goa dan menebarkan penglihatan batin. "Bila seseorang mampu melihat dengan mata batinnya, maka GIM ini sebenarnya merupakan istana dari Ratu Maharani," tuturnya.

Guna menarik minat wisatawan, kompleks GIM yang terletak sekitar 200 meter timur semenanjung Tanjung Kodok ini, dilengkapi dengan taman, tempat parkir, WC/kamar mandi, aula, dan puluhan kios yang menjajakan makanan, minuman, serta kerajinan khas Lumajang.

'Wisata Bahari Lamongan', Primadona Baru Wisata Jatim”


KapanLagi.com - Dulu publik pasti merasa masih asing kalau mendengar nama Pantai Tanjung Kodok dan Gua Maharani. Kedua objek wisata yang terdapat di kabupaten Lamongan ini sebelumnya tak begitu dikenal penghobi wisata jalan-jalan. Kalaupun ada yang sudah pernah kesana, mereka hanya singgah sebentar di dua obyek tersebut.

Sekilas melihat batu berbentuk seperti kodok yang menjadi trade mark dari pantai itu dan berjalan sebentar dalam panasnya Gua Maharani. Minimnya fasilitas membuat para wisatawan hanya sambil lalu saat berkunjung kesana.

Namun sekarang tak lagi seperti itu, bisa dibilang apa yang dilakukan pemkab Lamongan dengan menyulap dua obyek itu menjadi kawasan wisata terpadu 'Wisata Bahari Lamongan (WBL)' sungguh terobosan luar biasa.

Daerah wisata yang bertempat di Jalan Raya Daendeles (Pantura) itu kini mulai terkenal sampai ke luar Lamongan, bahkan hingga ke luar Provinsi Jatim. Kini, tempat itu menjadi salah satu katalog agenda wisata keluarga Jatim. Selain Jatim Park I di Batu, Sengkaling di Malang, atau Pantai Ria Kenjeran di Surabaya, warga Jatim bisa memilih WBL sebagai salah satu tempat tujuan melepas penat bersama keluarga.

Awalnya kawasan yang disajikan dengan konsep one stop service itu dibangun di atas tanah seluas 17 hektar. Untuk ke depanya area wisata itu akan dikembangkan lagi hingga 24 hektar.

Pembangunan pertama area wisata itu mengembangkan kawasan wisata Tanjung Kodok yang disulap menjadi tempat wisata modern dengan aneka fasilitas wisata. Berdirinya WBL adalah hasil kerja sama antara Pemkab Lamongan dan PT. Bunga Wangsa Sejati yang sebelumnya membangun Jatim Park I di Batu. Dari kerja sama itu, kemudian dibentuk PT. Bumi Lamongan Sejati sebagai pihak yang mengelola WBL.

Dengan tiket Rp10.000-Rp15.000 dan tiket terusan Rp25.000-Rp35.000, pengunjung dapat menikmati sedikitnya 20 macam fasilitas wisata.

Aneka fasilitas wisata itu di antaranya adalah arena ketangkasan, insektarium, marina, kolam renang air tawar, kolam renang laut dengan pantai pasir putih buatan, bumper car, space shattle, kano, long boat, bumper boat, tagada, planet kaca, sarang bajak laut, arena pacuan kuda, dan sirkuit go kart.

Tak hanya itu, pengunjung akan disediakan tempat belanja komplet khas Jatim yang bisa dijumpai di souvenir shop. Di tempat tersebut tersedia produk unggulan, pasar ikan, buah dan sayur, serta pasar hidangan yang dibuka mulai pukul 09.00 sampai 21.00. Daya tarik WBL tidak hanya terletak pada fasilitas wisata yang lengkap. Namun, daya tarik paling berharga terletak pada pemandangan lepas pantai ke Laut Jawa di utara WBL.

Bisa dipastikan, daya tarik WBL semakin memikat saat perluasan tahap kedua kawasan itu rampung. Perluasan WBL mengembangkan kawasan wisata Goa Maharani yang terletak 300 meter sebelah selatan area Tanjung Kodok.

Rencananya, antara kawasan wisata Tanjung Kodok dan Goa Maharani disatukan dalam satu paket wisata bahari. Sebagai sarana penghubung, pengunjung bisa memanfaatkan kereta gantung, sebuah jaringan kereta gantung pertama di Jatim.

Kini, pengembangan sedang difokuskan pada pembangunan hotel dan convention hall di sebelah barat Tanjung Kodok. Bahkan, pembangunan hotel berbintang tiga dengan kapasitas 50-60 kamar itu sudah selesai 70%. Hotel dengan kapasitas 500 pengunjung disiapkan sebagai 'barak penginapan' di mana pengunjung bisa menginap lima sampai 15 orang sekaligus dalam satu kamar.

Lokasi wisata WBL bisa ditempuh dengan kendaraan jenis apa pun. Sebab, letaknya tepat di pinggir Jalan Raya Daendels, Desa Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Tepatnya satu jam perjalanan arah utara kota Lamongan dan satu setengah jam arah barat kota Surabaya.

Tidak jauh dari tempat itu, sekitar lima kilometer arah timur, pihak Pemkab Lamongan akan mengembangkan sebagai kawasan berikat yang dikenal dengan Lamongan Intregated Shorbase (LIS).

Sementara itu, sekitar enam kilometer arah barat terdapat pelabuhan ikan Brondong yang dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan yang sangat dikenal di Jatim. Kawasan wisata ini juga dekat dengan sentra kerajinan emas, batiktulis dan bordir desa Sendang Agung dan Sendang Duwur.

Sungguh konsep bagus yang dikembangkan Pemkab Lamongan dan pengembang Jatim Park ini, wahana rekreasi yang memanfaatkan potensi dari Pantai Tanjung Kodok menjadi begitu menariknya. Tidak hanya memanfaatkan lokasi pantai tapi benar-benar melibatkan pantai sebagai salah satu wahananya. Salah satu alternatif menarik bagi kita terutama yang suka sekali dengan pantai, WBL menjawab semua keinginan kita. Satu catatan saja, jangan lupa pakai sunblock dan minum air yang banyak, karena hawa disana panas sekali.

Membangun Jaringan Wisata di Jawa Timur


Oleh: Andy Riza Hidayat

Antara Goa Maharani, kawasan Pantai Tanjung Kodok, dan Wisata Bahari Lamongan yang berada di pantai utara Jawa Timur ini sebenarnya tidak ada bedanya. Sebab, cakupan pengembangan daerah wisata Wisata Bahari Lamongan sudah sekaligus termasuk Pantai Tanjung Kodok dan Goa Maharani sebagai kawasan wisata terpadu.

Wisata Bahari Lamongan (WBL) mulai terkenal sampai ke luar Lamongan, bahkan hingga ke luar Provinsi Jatim. Kini, tempat itu menjadi salah satu katalog agenda wisata keluarga Jatim. Selain Jatim Park I di Batu, Sengkaling di Malang, atau Pantai Ria Kenjeran di Surabaya, warga Jatim bisa memilih WBL sebagai salah satu tempat tujuan melepas penat bersama keluarga.

Kawasan yang disajikan dengan konsep one stop service itu pada tahap pertama dibangun di atas tanah seluas 17 hektar. Ke depan, area wisata itu akan dikembangkan hingga 24 hektar. Obsesi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan bersama investor berkeinginan menciptakan area wisata terbesar di Jatim, jika perlu se-Indonesia.

Obsesi tersebut kini mencapai 80 persen. Pembangunan pertama area wisata itu mengembangkan kawasan wisata Tanjung Kodok yang disulap menjadi tempat wisata modern dengan aneka fasilitas wisata.

Dengan tiket biasa Rp 10.000-Rp 15.000 dan tiket terusan Rp 25.000-Rp 35.000, pengunjung dapat menikmati sedikitnya 20 macam fasilitas wisata. Aneka fasilitas wisata itu di antaranya adalah arena ketangkasan, insektarium, marina, kolam renang air tawar, kolam renang laut dengan pantai pasir putih buatan, bumper car, space shattle, kano, long boat, bumper boat, tagada, planet kaca, sarang bajak laut, arena pacuan kuda, dan sirkuit go kart.

Tidak hanya itu, pengunjung akan disediakan tempat belanja komplet khas Jatim berupa souvenir shop. Di tempat tersebut tersedia produk unggulan, pasar ikan, buah dan sayur, serta pasar hidangan yang dibuka mulai pukul 09.00 sampai 21.00.

Daya tarik WBL tidak hanya terletak pada fasilitas wisata yang lengkap. Namun, daya tarik paling berharga terletak pada pemandangan lepas pantai ke Laut Jawa di utara WBL. Tidak jauh dari tempat itu, Buya Hamka pernah menulis roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk di mana kapalnya tenggelam di perairan dekat Lamongan.

Bisa dipastikan, daya tarik WBL semakin memikat saat perluasan tahap kedua kawasan itu rampung. Perluasan WBL mengembangkan kawasan wisata Goa Maharani yang terletak 300 meter sebelah selatan area Tanjung Kodok.

Rencananya, antara kawasan wisata Tanjung Kodok dan Goa Maharani disatukan dalam satu paket wisata bahari. Sebagai sarana penghubung, pengunjung bisa memanfaatkan kereta gantung, sebuah jaringan kereta gantung pertama di Jatim.

Sumber pemasukan

Tempat yang secara geografis terdiri dari tanah bebatuan itu kini menjadi lumbung pemasukan penting bagi Kabupaten Lamongan. Kesulitan air di daerah wisata itu sudah diatasi dengan pengeboran sumur air tawar yang dilakukan di area khusus yang telah dibeli pengelola.

Direktur WBL Aris Wibawa mengatakan, penyelesaian tahap pertama akan rampung dalam enam bulan ke depan. Kini, pengembangan sedang difokuskan pada pembangunan hotel dan convention hall di sebelah barat Tanjung Kodok.

Bahkan, pembangunan hotel berbintang tiga dengan kapasitas 50-60 kamar itu sudah selesai 70 persen. Hotel dengan kapasitas 500 pengunjung disiapkan sebagai ”barak penginapan” di mana pengunjung bisa menginap lima sampai 15 orang sekaligus dalam satu kamar.

Aris mengatakan, kehadiran WBL tidak dilakukan untuk menandingi tempat wisata lain yang sebelumnya telah berdiri. Kami ingin membidik pasar sendiri, tutur Aris.

Sejak dibuka saat soft opening tanggal 14 November 2004, total jumlah pengunjung yang datang 600.000 pengunjung dari target 500.000. Rata-rata, mereka datang dari warga di Tulungagung, Nganjuk, Kediri, dan Blitar. Pengunjung yang datang semakin berkembang. Tren terakhir kunjungan wisatawan domestik berasal dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin meningkat.

Tingkat kunjungan setiap harinya pada hari biasa mencapai 500-2.000 pengunjung. Sedangkan pada musim libur pada Juni-Juli tingkat kunjungan melonjak mencapai 5.000-15.000 orang setiap harinya.

Keinginan kami, ke depan WBL bisa menjadi primadona pariwisata Jatim dari sisi bahari. Paling tidak, kami ingin menjadikan Bali bagi Jatim dengan tetap memegang nilai-nilai religi, tutur Aris.

Tahun 2005 ini, Pemkab Lamongan menetapkan target pendapatan dari WBL senilai Rp 4 miliar. Nilai target itu tergolong besar untuk ukuran Kabupaten Lamongan.

Keuntungan berdirinya WBL tidak hanya dari sisi pemasukan uang, tetapi juga dari sisi tenaga kerja. Dari 380 pekerja yang ada, 60 persen di antaranya adalah pemuda Lamongan lulusan SLTA dan perguruan tinggi.

Mudah dijangkau

Lokasi wisata WBL bisa ditempuh dengan kendaraan jenis apa pun. Sebab, letaknya tepat di pinggir Jalan Raya Daendels, Desa Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Tepatnya satu jam perjalanan arah utara kota Lamongan dan satu setengah jam arah barat kota Surabaya.

Tidak jauh dari tempat itu, sekitar lima kilometer arah timur, pihak Pemkab Lamongan akan mengembangkan sebagai kawasan berikat yang dikenal dengan Lamongan Intregated Shorbase (LIS). Sementara itu, sekitar enam kilometer arah barat terdapat pelabuhan ikan Brondong yang dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan yang sangat dikenal di Jatim.

Diakui atau tidak, potensi pertumbuhan ekonomi di utara Lamongan berjalan meyakinkan. Cluster pengembangan kawasan itu menjadi salah satu kawasan yang tingkat pertumbuhan ekonominya meningkat tajam.

Berdirinya WBL adalah hasil kerja sama antara Pemkab Lamongan dan PT Bunga Wangsa Sejati yang sebelumnya membangun Jatim Park I di Batu. Dari kerja sama itu, kemudian dibentuk PT Bumi Lamongan Sejati sebagai pihak yang mengelola WBL.

Di tengah optimisme pengembangan kawasan WBL, sejumlah pengunjung masih mengeluhkan persoalan klasik tentang kebersihan. Sebenarnya, pengunjung asal Sidoarjo, Wili Locarno (42), mengaku terkesan dengan tempat wisata WBL.

Saat itu, Sabtu (16/7), Wili datang bersama mertua, istri, dan kedua anaknya. Duduk di pinggiran kolam renang sehabis mandi, Wili mengatakan, Tempat ini menarik sekali. Tetapi sayang, kebersihan terutama di toilet masih belum terjamin, ujarnya.

Tidak hanya Wili, mertuanya, Sartika (64), mengatakan hal yang sama. Ia menyayangkan fasilitas dan potensi yang bagus itu harus ternoda oleh kebersihan yang kurang dijaga. Kapan tempat wisata kita menjadi tempat yang bebas dari kotoran?

Tanjung Kodok - Peristirahatan Pasukan Tartar


Republika online - Selepas menikmati keindahan Gua Istana Maharani, belumlah lengkap bila Anda tak mampir ke Pantai Tanjung Kodok. Letaknya tidak jauh dari Gua Maharani dan berada dalam satu kompleks wisata. Pantai yang terletak 50 kilometer arah utara kota Lamongan ini memiliki karakteristik keindahan alam pantai yang khas dan unik dibanding pantai-pantai lain di Jawa Timur. Keunikan itu terwujud dalam batu karang yang menjorok ke laut. Bentuknya menyerupai kodok (katak) yang sedang bersiap untuk meloncat.

Tanjung Kodok yang menjadi ikon wisata utama Lamongan -- selain Gua Istana Maharani -- memang menyimpan cerita menarik. Anda ingat cerita Pasukan Tartar? Bila ya, pasti Anda mengenal tokoh Khu Bhilai Khan, sang panglima pasukan yang datang ke Pulau Jawa untuk menyerbu Kerajaan Singasari di awal abad ke-12.

Sebagaimana dipercayai banyak orang, utusan Khu Bilai Khan yang bertamu ke Singasari diperlakukan dengan tidak terhormat. Konon, Prabu Kertanegera, raja Singasari waktu itu, mencederai wajah utusan Khu Bilai Khan sebagai tanda penolakan tunduk di bawah kekuasaan kekaisaran Cina yang saat itu berada di bawah kendali Dinasti Ming. Perlakuan Kertanegara merupakan penghinaan besar, sehingga kaisar menyimpan dendam dan kemudian mengirimkan pasukan Tartar untuk menumpaskan dendam.

Setelah mendarat di Tuban, bala pasukan Tartar itu menyusuri pantai utara Jawa sebelum masuk ke pedalaman ke Keraton Singasari yang letaknya masuk wilayah Kabupaten Malang saat ini. Sampai di sekitar Pantai Tanjung Kodok, mereka mendapati sejumlah penduduk setempat yang tengah bercocok tanam.

Alkisah, mereka terheran-heran tatkala melihat petani setempat sedang menanam benih lombok (cabe) dan tembakau dengan menggunakan sebatang kayu -- alu. Alu itu ditusukkan ke bumi untuk membuat lubang tempat benih ditanam. Saat pasukan itu bertanya kepada penduduk, penduduk menjawab, ''Nonjo.''

Kata-kata itu ditirukan secara berulang-ulang oleh pasukan Tartar, sehingga berkembang menjadi kata ''Nanjan''. Seiring waktu, kata ''Nanjan'' kini menjadi nama sebuah desa di kawasan Tanjung Kodok. Desa itu adalah Penanjan, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.

Di Tanjung Kodok inilah pasukan Tartar beristirahat sambil menyusun strategi sebelum menyerang Singasari. Namun, mereka harus kecewa ketika mengetahui Kertanegara yang mereka incar sudah tidak berkuasa lagi, lantaran telah diganti Jayakatwang lewat jalan kudeta berdarah.

Meski demikian, mereka tetap menyerbu Singasari bekerjasama dengan Raden Wijaya yang juga menantu Kertanegara. Dengan menelan banyak korban, pasukan Tartar berhasil menggulingkan Jayakatwang. Namun, di saat mereka hendak pulang untuk melapor kepada kaisarnya, pasukan Tartar ditikam dan diserang oleh Pasukan Raden Wijaya.

Dalam kondisi tercerai-berai, pasukan Tartar itu dikalahkan secara tragis lewat kecerdikan Raden Wijaya yang kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Kekalahan ini tidak lepas dari peran kelompok pasukan Bangsa Han yang mbalelo, setelah mereka melakukan meditasi di Gua Maharani. Cerita ini hingga kini diyakini oleh masyarakat di kawasan Tanjung Kodok.

Delapan abad telah berlalu. Tapi Tanjung Kodok tetap menjadi pusat perhatian dunia. Saat terjadi gerhana matahari total pada 11 Juni 1983, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjuk Tanjung Kodok sebagai lokasi untuk observasi ilmiah para pakar astronomi internasional.

Selain itu, setiap menjelang awal dan akhir bulan suci Ramadhan, para ahli hisab dan rukyat dari berbagai perguruan tinggi, instansi pemerintah, lembaga-lembaga masyarakat dan keagamaan datang ke Tanjung Kodok untuk menyaksikan derajat posisi rotasi bulan, guna menjamin validitas hasil rukyat. Karenanya Pemerintah Kabupaten Lamongan membangun ''Menara Rukyat'' setinggi 9,4 meter yang tegak menjulang di bibir pantai.

Pada ''Hari Raya Ketupat'', yaitu hari raya tradisional yang jatuh pada hari ke tujuh setelah Idul Fitri, puluhan ribu wisatawan mengunjungi Tanjung Kodok untuk menyaksikan berbagai atraksi seni pentas, musik, dan opera legenda Tanjung Kodok, atau sekadar berpesiar naik perahu sambil menikmati ketupat, dawet (cendol) dan minuman legen. Dari sanalah keindahan panorama Tanjung Kodok kemudian sangat dikenal dan mengundang banyak pendatang.

Punakawan

Punakawan hanyalah merupakan "Bahasa Halus" dan "Bahasa Komunikatif" yang diciptakan oleh para Sunan/Wali di tanah Jawa. Para tokoh Punakawan dibuat sedemikian rupa, medekati kondisi masyarakat Jawa yang beraneka ragam. Para Wali dalam penyebaran agama Islam

Sumber: rigun

Tokoh Punakawan yang terdiri dari Semar, Nala Gareng, Petruk dan Bagong, adalah tokoh-tokoh yang selalu ditunggu-tunggu dalam setiap pagelaran wayang di Jawa. Sebenarnya dalam cerita wayang yang asli dari India tidak ada tokoh Punakawan. Punakawan hanyalah merupakan "Bahasa Halus" dan "Bahasa Komunikatif" yang diciptakan oleh para Sunan/Wali di tanah Jawa. Para tokoh Punakawan dibuat sedemikian rupa, medekati kondisi masyarakat Jawa yang beraneka ragam.Para Wali dalam penyebaran agama Islam selalu melihat kondisi masyarakat baik dari adat istiadat maupun dari budaya yang berkembang saat itu. Wayang merupakan suatu media efektif untuk penyampai misi ini.Namun, para wali memandang bahwa,cerita wayang yang diusung dari negara asalnya India ternyata banyak yang berbau Hindu,animisme dan dinamisme. Mereka juga melihat pakem wayang India tersebut kurang komunikatif.Masyarakat hanya diminta duduk diam melihat sang dalang memainkan Lakonnya.Tentu tidak semua orang mau untuk menikmati adegan demi adegan semacam ini semalam suntuk.Maka para wali menciptakan suatu tokoh yang sekiranya mampu berkomunikasi dengan penonton,lebih fleksibel, mampu menampung aspirasi penonton,lucu dan yang terpenting, dalam memainkan para tokoh punakawan ini sang dalang dapat lebih bebas dalam menyampaikan misinya karena tidak harus terlalu terikat pada pakem yang ada.

Tokoh Punakawan dimainkkan dalam sesi Goro-Goro. Jika diperhatikan secara seksama ada kemiripan dalam setiap pertunjukkan wayang antara satu lakon dengan lakon yang lain. Pada setiap permulaan permainan wayang biasanya tidak ada adegan bunuh membunuh antara tokoh-tokohnya hingga lakon goro-goro dimainkan,mengapa? Dalam falsafah orang Jawa, hal ini diartikan bahwa janganlah emosi kita diperturutkan dalam mengatasi setiap masalah.Lakukanlah semuanya dengan tenang,tanpa pertumpahan darah dan utamakan musyawarah.Cermati dulu masalah yang ada,jangan mengambl kesimpulan sebelum mengetahui masalahnya. Ketika lakon goro-goro selesai dimainkan, barulah ada adegan yang menggambarkan peperangan dan pertumpahan darah. Itu dapat diartikan, Jika musyawarah tidak dapat dilakukan ,maka ada cara lain yang dapat ditempuh dalam menegakkan kebenaran. Dalam Islampun, setiap dakwah yang dilakukan harus menggunakan tahap-tahap yang tidak berbeda dengan tahap-tahap yang ada dalam dunia peayangan ini. Dalam mengajak pada kebenaran/mencegah kemungkaran para pendakwah awalnya harus memberi peringatan (Bi Lisani) dengan baik,jika tidak mau, beri peringatan dengan keras ,jika tidak mau,kita dapat menggunakan kemampuan maksimal kita dalam mengupayakan penegakan kebenaran (termasuk Jihad,mungkin). Nah,lakon goro-goro jelas sekali menggambarkan atau membuka semua kesalahan,dari yang samar-samar kelihatan jelas.Ini merupakan suatu hasil dari sebuah doa yang terkenal Allahuma arinal Haqa-Haqa warzuknat tibaa wa'arinal bathila-bathila warzuknat tinaba, artinya : Ya Allah tunjukilah yang benar kelihatan benar dan berilah kepadaku kekuatan untuk menjalankannya,dan tunjukillah yang salah kelihatan salah dan berilah kekuatan kepadaku untuk menghindarinya.Semua menjadi jelas mana yang benar dan yang salah.Hingga akhir dari cerita wayang,para tokohnya yang berada dijalur putih akan memenangkan pertempuran melawan kejahatan, setelah benar-benar mengetahui mana jalan yang benar dan mengerti masalahnya.

Saudara,apa makna yang terkandung dalam setiap tokoh punakawan ini.Mari kita amati satu persatu:

Semar, aslinya tokoh ini berasal dari bahasa arab Ismar.Dalam lidah jawa kata Is- biasanya dibaca Se-.Ambillah contoh Istambul menjadi Setambul. Ismar berarti paku. Tokoh ini dijadikan pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran yang ada atau sebagai Advicer dalam mencari kebenaran terhadap segala masalah. Paku disini dapat juga difungsikan sebagai pedoman hidup,pengokoh hidup manusia.Apa pengokoh hidup manusia itu?Tidak lain adalah agama.Sehingga semar bukanlah tokoh yang harus dipuja, tapi penciptaan semar hanyalah penciptaan simbolisasi dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat beragama.

Nala Gareng, juga diadaptasi dari kata Arab Naala Qariin. Dalam pengucapan lidah jawa pula kata Naala Qariin menjadi Nala Gareng.Kata Naala Qariin, artinya memperoleh banyak teman, ini sesuai dengan dakwah para wali sebagai juru dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya teman (umat) untuk kembali kejalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan yang baik.

Petruk, diadaptasi dari kata Fatruk.Kata ini merupakan kata pangkal dari sebuah wejangan Tasawuf yang berbunyi : Fat-ruk kulla maa siwallahi, yang artinya : tinggalkan semua apapun yang selain allah.Wejangan tersebut kemudian menjadi watak para wali dan mubaligh pada waktu itu.Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong artinya kantong yang berlobang.Maknanya bahwa, setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, tanpa pamrih dan ikhlas,seperti bolongnya kantong yang tanpa penghalang.

Bagong, berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak.Yaitu berontak terhadap kebathilan dan keangkaramurkaan. Dalam versi lain kata Bagong berasal dari Baqa' yang berarti kekal atau langgeng,artinya semua manusia hanya akan hidup kekal setelah di akhirat nantinya.Dunia hanya diibaratkan Mampir Ngombe (Sekedar Mampir untuk Minum).

Para tokoh punakawan juga berfungsi sebagai pamomong (Pengasuh) untuk tokoh wayang lainnya . Pada prinsipnya setiap manusia butuh yang namanya pamomong, mengingat lemahnya manusia,hidup tanpa orang lain.Pamomong dapat diartikan pula sebagai pelindung. Dan tiap manusia hendaknya selalu meminta lindungan kepada Allah SWT, sebagai sikap introspeksi terhadap segala kelemahan dalam dirinya. Inilah falsafah dari sikap pamomong yang digambarkan oleh para tokoh punakawan.

Alangkah disayangkan jika beberapa tokoh punakawan seperti semar dipuja-puji layaknya dewa oleh sebahagian dari penganut aliran kepercayaan. Padahal jelas sekali,semua tokoh yang ada hanyalah merupakan ciptaan para wali untuk mensimbolisasikan suatu keadaan dalam misi dakwah mereka menyebarkan Islam. Sebagai contoh Semar diceritakan sebagai seorang dewa (bathara Ismoyo kakak bathara Guru) yang turun ke bumi dengan menjelma menjadi manusia biasa untuk menjalankan sebuah misi suci.Hal ini sebenarnya cukup tepat untuk menggambarkan cara Allah SWT menurunkan Islam pada umat manusia dengan tidak menghadirkan sosok Allah langsung sebagai tuhan di muka bumi. Niscaya semua manusia akan menjadi Islam,jika allah langsung menyebarkan islam di Bumi.Lalu dimanakah letak kemerdekaan manusia,jika demikian? Manusia dibiarkan memilih semua ajaran yang ada. Mengingat, manusia diberikan kebebasan untuk menentukan nasibnya kelak di akhirat,sesuai dengan pilihannya di dunia.Maka sosok Semar sebagai dewapun harus dijelmakan sebagai sosok manusia dahulu,untuk tetap menjaga kodrat manusia sebagai makhluk yang bebas memilih. Lihatlah pula kata Semar Badranaya.Badra berarti kebahagiaan dan naya berarti kebijaksanaan.Untuk menuju kebahagiaan, yaitu dengan cara memimpin rakyat secara bijaksana dan menggiringnya untuk beribadah kepada Allah SWT.Negara akan stabil jika semar bersemayam di pertapaan Kandang Penyu.Maknanya adalah untuk mengadakan penyuwunan (penyu-) atau permohonan kehadiran Allah SWT.Jelas sekali misi dakwah yang terkandung disini,yang diceritakan dan diartikan sendiri maknanya oleh sang pembuat yaitu para wali .

Sumber : http://asia.geocities.com/jawijowo/punokawan.html

Islam Ing Jowo


Dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa jaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa , ular-ular ( putuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan, khususnya di Kerjaan Mataram (Yogya/Solo).

Dalam pertunjukkan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa si pembawa serat ini akan menjadi sakti mandraguna. Tidak ada yang tahu apa isi serat ini. Namun diakhir cerita, rahasia dari serat inipun dibeberkan oleh dalang. Isi serat Kalimasada berbunyi "Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya" ,isi ini tak lain adalah isi dari Kalimat Syahadat.

Dalam pertunjukan wayangpun sang wali selalu mengadakan di halaman masjid, yang disekelilingnya di beri parit melingkar berair jernih. Guna parit ini tak lain adalah untuk melatih para penonton wayang untuk Wisuh atau mencuci kaki mereka sebelum masuk masjid. Simbolisasi dari wudhu yang disampaikan secara baik.

Dalam perkembangan selanjutnya, sang wali juga menyebarkan lagu-lagu yang bernuansa simbolisasi yang kuat. Yang terkenal karangan dari Sunan Kalijaga adalah lagu Ilir-Ilir.

Memang tidak semua syair menyimbolkan suatu ajaran islam, mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam mengarang suatu lagu. Sebagian arti yang kini banyak digali dari lagu ini diantaranya :

Ilir-Ilir

Tak ijo royo-royo tak senggoh penganten anyar

Cah angon,cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno kanggo

sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar galangane

Tak ijo royo-royo tak senggoh penganten anyar: Ini adalah sebuah diskripsi mengenai para pemuda, yang dilanjutkan dengan,

Cah angon,cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno kanggo sebo mengko sore: Cah angon adalah simbolisasi dari manusia sebagai Khalifah Fil Ardh, atau pemelihara alam bumi ini (angon bhumi). Penekno blimbing kuwi ,mengibaratkan buah Belimbing yang memiliki lima segi membentuk bintang. Kelima segi itu adalah pengerjaan rukun islam (yang lima) dan Sholat lima waktu.

Sedang lunyu-lunyu penekno, berarti, tidak mudah untuk dapat mengerjakan keduanya (Rukun islam dan sholat lima waktu) ,dan memang jalan menuju ke surga tidak mudah dan mulus.

Kanggo sebo mengko sore, untuk bekal di hari esok (kehidupan setelah mati).

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar galangane: Selagi masih banyak waktu selagi muda, dan ketika tenaga masih kuat, maka lakukanlah (untuk beribadah).

Memang masih banyak translasi dari lagu ini, namun substansinya sama, yaitu membumikan agama, mensosialisasikan ibadah dengan tidak lupa tetap menyenangkan kepada pengikutnya yang baru.

Dalam lagu-lagu jawa, ada gendhing bernama Mijil, Sinom, Maskumambang, kinanthi, asmaradhana,hingga megatruh dan pucung. Ternyata kesemuanya merupakan perjalanan hidup seorang manusia. Ambillah Mijil,yang berarti keluar, dapat diartikan sebagai lahirnya seorang jabang bayi dari rahim ibu. Sinom dapat di artikan sebagai seorang anak muda yang bersemangat untuk belajar. Maskumambang berarti seorang pria dewasa yang cukup umur untuk menikah, sedangkan untuk putrinya dengan gendhingKinanthi. Proses berikutnya adalah pernikahan atau katresnan antar keduanya disimbolkan dengan Asmaradhana. Hingga akhirnya Megatruh, atau dapat dipisah Megat-Ruh.Megat berarti bercerai atau terpisah sedangkan ruh adalah Roh atau jiwa seseorang. Ini proses sakaratul maut seorang manusia. Sebagai umat beragama islam tentu dalam prosesi penguburannya ,badan jenazah harus di kafani dengan kain putih ,mungkin inilah yang disimbolkan dengan pucung (atau Pocong).



Sumber :

http://asia.geocities.com/jawijowo/islam.html




Thursday, May 24, 2007

FILSAFAT JAWA

“Ojo gumunan, ojo kagetan lan ojo dumeh”. Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah terlalu terheran-heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (walau sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (dumeh) dan aji mumpung sewaktu menjadi seorang pemimpin

Ada banyaknya filsafat Jawa yang berusaha diterjemahkan oleh para wali, menunjukkan bahwa walisongo dalam mengajarkan agama selalu dilandasi oleh budaya yang kental. Hal ini sangat dimungkinkan, karena masyarakat Jawa yang menganut budaya tinggi, akan sukar untuk meninggalkan budaya lamanya ke ajaran baru walaupun ajaran tesebut sebenarnya mengajarkan sesuatu yang lebih baik,seperti ajaran agama islam . Sistem politik OjoNabrak Tembok (tidak menentang arus) diterapkan oleh para Sunan.

Dalam budaya jawa sebenarnya sangat sarat dengan filsafat hidup (ular-ular). Ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta, Samudra, Dahana dan Bhumi.

1. Surya (Matahari) memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan. Pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.

2. Candra (Bulan), yang memancarkan sinar ditengah kegelapan malam. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya ditengah suasana suka ataupun duka.

3. Kartika (Bintang), memancarkan sinar kemilauan, berada ditempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah, sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan

4. Angkasa (Langit), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampungpendapat rakyatnya yang bermacam-macam.

5. Maruta (Angin), selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat da martabatnya.

6. Samudra (Laut/air), betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap rakyatnya.

7. Dahana (Api), mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.

8. Bhumi (bumi/tanah), bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.


Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai , agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti falsafah : Ojo gumunan, ojo kagetan lan ojo dumeh. Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah terlalu terheran-heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (walau sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (dumeh) dan aji mumpung sewaktu menjadi seorang pemimpin.Intinya falsafah ini mengajarkan tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang terutama seorang pemimpin.

Falsafah sebagai seorang anak buahpun juga ada dalam ajaran Jawa, ini terbentuk agar seorang bawahan dapat kooperatif dengan pimpinan dan tidak mengandalakan egoisme kepribadian, terlebih untuk mempermalukan atasan, seperti digambarkan dengan,

Keno cepet ning aja ndhisiki, keno pinter ning aja ngguroni,keno takon ning aja ngrusuhi. Maksudnya, boleh cepat tapi jangan mendahului (sang pimpinan), boleh pintar tapi jangan menggurui (pimpinan), boleh bertanya tapi jangan menyudutkan pimpinan. Intinya seorang anak buah jangan bertindak yang memalukan pimpinan, walau dia mungkin lebih mampu dari sang pimpinan.

Sama sekali falsafah ini tidak untuk menghambat karir seseorang dalam bekerja, tapi, inilah kode etik atau norma yang harus di pahami oleh tiap anak buah atau seorang warga negara, demi menjaga citra pimpinan yang berarti citra perusahaan dan bangsa pada umumnya. Penyampaian pendapat tidak harus dengan memalukan,menggurui dan mendemonstrasi (Ngrusuhi) pimpinan, namun pasti ada cara diluar itu yang lebih baik. Toh jika kita baik ,tanpa harus mendemonstrasikan secara vulgar kebaikan kita, orangpun akan menilai baik.

Dalam kehidupan umumpun ada falsafah yang menjelaskan tentang The Right Man on the Right Place (Orang yang baik adalah orang yang mengerti tempatnya).

Di falsafah jawa istilah itu diucapakan dengan Ajining diri saka pucuke Lathi, Ajining raga saka busana. Artinya harga diri seseorang tergantung dari ucapannya dan sebaiknya seseorang dapat menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya).

Sehingga tak heran jika seorang yang karena ucapan dan pandai menempatkan dirinya akan dihargai oleh orang lain. Tidak mengintervensi dan memasuki dunia yang bukan dunianya ini ,sebenarnya mengajarkan suatu sikap yang dinamakan profesionalisme, yang mungkin agak jarang dapat kita jumpai (lagi). Sebagai contoh tidak ada bedanya seorang mahasiswa yang pergi ke kampus dengan yang pergi ke Mal , dan itu baru dilihat dari segi busana/bajunya , yang tentu saja baju akan sangat mempengaruhi tingkah laku dan psikologi seseorang.

Masih banyak filsafat jawa yang mungkin, tidak dapat diuraikan satu persatu, namun kami hanya ingin memberikan suatu wacana umum kepada pembaca, bahwa, banyak sekali ilmu yang dapat kita gali dari budaya (Jawa) kita saja, sebelum kita menggali budaya luar terlebih hanya meniru (budaya luar) ?nya saja.

Sumber :

http://asia.geocities.com/jawijowo/filsafat.html

Sunan Ampel


Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, dan diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut beberapa riwayat, orangtua Sunan Ampel adalah Ibrahim Asmarakandi yang berasal dari Champa dan menjadi raja di sana.
Ibrahim Asmarakandi disebut juga sebagai Maulana Malik Ibrahim. Ia dan adiknya, Maulana Ishaq adalah anak dari Syekh Jumadil Qubro. Ketiganya berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah. http://en.wikipedia.org/wiki/Samarkand


Silsilah

.Sunan Ampel @ Raden Rahmat @ Sayyid Ahmad Rahmatillah bin
.Maulana Malik Ibrahim @ Ibrahim Asmoro bin
.Syaikh Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Khan bin
.Ahmad Jalaludin Khan bin
.Abdullah Khan bin
.Abdul Malik Al-Muhajir (Nasrabad,India) bin
.Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut) bin
.Muhammad Sohib Mirbath (Hadhramaut)
.Ali Kholi' Qosam bin
.Alawi Ats-Tsani bin
.Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
.Alawi Awwal bin
.Ubaidullah bin
.Ahmad al-Muhajir bin
.Isa Ar-Rumi bin
.Muhammad An-Naqib bin
.Ali Uradhi bin
.Ja'afar As-Sodiq bin
.Muhammad Al Baqir bin
.Ali Zainal 'Abidin bin
.Imam Hussain
Al-Husain putera Ali bin Abu Tholib dan Fatimah Az-Zahro binti Muhammad Rasulullah.
Jadi, Sunan Ampel memiliki darah Uzbekistan dan Champa dari sebelah ibu. Tetapi dari ayah leluhur mereka adalah keturunan langsung dari Ahmad al-Muhajir, Hadhramaut. Bermakna mereka termasuk keluarga besar Saadah BaAlawi.


Sejarah dakwah

Syekh Jumadil Qubro, dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan (http://en.wikipedia.org/wiki/Champa) , dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.
Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya merubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri Champa, dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.
Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati. Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan seorang putri yang kemudian menjadi istri Sunan Kalijaga.
Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak.
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.


Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Sunan Kalijaga


Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun 1450 dengan nama Raden Said. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta/Raden Sahur. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban dan Raden Abdurrahman. Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.

Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.

Ketika wafat, beliau dimakamkan di desa Kadilangu, sebelah timur laut kota Bintoro, Demak.



Budaya

Ada beberapa kreasi seni budaya yang diperkirakan digagas oleh Sunan Kalijaga, antara lain Sekatenan, Grebeg Maulud, Layang Kalimasada dan lakon wayang Petruk Jadi Raja. Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Padanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya). Sunan Kalijaga dimakamkan di Kadilangu -selatan Demak.




Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.