Friday, May 25, 2007

Membangun Jaringan Wisata di Jawa Timur


Oleh: Andy Riza Hidayat

Antara Goa Maharani, kawasan Pantai Tanjung Kodok, dan Wisata Bahari Lamongan yang berada di pantai utara Jawa Timur ini sebenarnya tidak ada bedanya. Sebab, cakupan pengembangan daerah wisata Wisata Bahari Lamongan sudah sekaligus termasuk Pantai Tanjung Kodok dan Goa Maharani sebagai kawasan wisata terpadu.

Wisata Bahari Lamongan (WBL) mulai terkenal sampai ke luar Lamongan, bahkan hingga ke luar Provinsi Jatim. Kini, tempat itu menjadi salah satu katalog agenda wisata keluarga Jatim. Selain Jatim Park I di Batu, Sengkaling di Malang, atau Pantai Ria Kenjeran di Surabaya, warga Jatim bisa memilih WBL sebagai salah satu tempat tujuan melepas penat bersama keluarga.

Kawasan yang disajikan dengan konsep one stop service itu pada tahap pertama dibangun di atas tanah seluas 17 hektar. Ke depan, area wisata itu akan dikembangkan hingga 24 hektar. Obsesi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lamongan bersama investor berkeinginan menciptakan area wisata terbesar di Jatim, jika perlu se-Indonesia.

Obsesi tersebut kini mencapai 80 persen. Pembangunan pertama area wisata itu mengembangkan kawasan wisata Tanjung Kodok yang disulap menjadi tempat wisata modern dengan aneka fasilitas wisata.

Dengan tiket biasa Rp 10.000-Rp 15.000 dan tiket terusan Rp 25.000-Rp 35.000, pengunjung dapat menikmati sedikitnya 20 macam fasilitas wisata. Aneka fasilitas wisata itu di antaranya adalah arena ketangkasan, insektarium, marina, kolam renang air tawar, kolam renang laut dengan pantai pasir putih buatan, bumper car, space shattle, kano, long boat, bumper boat, tagada, planet kaca, sarang bajak laut, arena pacuan kuda, dan sirkuit go kart.

Tidak hanya itu, pengunjung akan disediakan tempat belanja komplet khas Jatim berupa souvenir shop. Di tempat tersebut tersedia produk unggulan, pasar ikan, buah dan sayur, serta pasar hidangan yang dibuka mulai pukul 09.00 sampai 21.00.

Daya tarik WBL tidak hanya terletak pada fasilitas wisata yang lengkap. Namun, daya tarik paling berharga terletak pada pemandangan lepas pantai ke Laut Jawa di utara WBL. Tidak jauh dari tempat itu, Buya Hamka pernah menulis roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk di mana kapalnya tenggelam di perairan dekat Lamongan.

Bisa dipastikan, daya tarik WBL semakin memikat saat perluasan tahap kedua kawasan itu rampung. Perluasan WBL mengembangkan kawasan wisata Goa Maharani yang terletak 300 meter sebelah selatan area Tanjung Kodok.

Rencananya, antara kawasan wisata Tanjung Kodok dan Goa Maharani disatukan dalam satu paket wisata bahari. Sebagai sarana penghubung, pengunjung bisa memanfaatkan kereta gantung, sebuah jaringan kereta gantung pertama di Jatim.

Sumber pemasukan

Tempat yang secara geografis terdiri dari tanah bebatuan itu kini menjadi lumbung pemasukan penting bagi Kabupaten Lamongan. Kesulitan air di daerah wisata itu sudah diatasi dengan pengeboran sumur air tawar yang dilakukan di area khusus yang telah dibeli pengelola.

Direktur WBL Aris Wibawa mengatakan, penyelesaian tahap pertama akan rampung dalam enam bulan ke depan. Kini, pengembangan sedang difokuskan pada pembangunan hotel dan convention hall di sebelah barat Tanjung Kodok.

Bahkan, pembangunan hotel berbintang tiga dengan kapasitas 50-60 kamar itu sudah selesai 70 persen. Hotel dengan kapasitas 500 pengunjung disiapkan sebagai ”barak penginapan” di mana pengunjung bisa menginap lima sampai 15 orang sekaligus dalam satu kamar.

Aris mengatakan, kehadiran WBL tidak dilakukan untuk menandingi tempat wisata lain yang sebelumnya telah berdiri. Kami ingin membidik pasar sendiri, tutur Aris.

Sejak dibuka saat soft opening tanggal 14 November 2004, total jumlah pengunjung yang datang 600.000 pengunjung dari target 500.000. Rata-rata, mereka datang dari warga di Tulungagung, Nganjuk, Kediri, dan Blitar. Pengunjung yang datang semakin berkembang. Tren terakhir kunjungan wisatawan domestik berasal dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin meningkat.

Tingkat kunjungan setiap harinya pada hari biasa mencapai 500-2.000 pengunjung. Sedangkan pada musim libur pada Juni-Juli tingkat kunjungan melonjak mencapai 5.000-15.000 orang setiap harinya.

Keinginan kami, ke depan WBL bisa menjadi primadona pariwisata Jatim dari sisi bahari. Paling tidak, kami ingin menjadikan Bali bagi Jatim dengan tetap memegang nilai-nilai religi, tutur Aris.

Tahun 2005 ini, Pemkab Lamongan menetapkan target pendapatan dari WBL senilai Rp 4 miliar. Nilai target itu tergolong besar untuk ukuran Kabupaten Lamongan.

Keuntungan berdirinya WBL tidak hanya dari sisi pemasukan uang, tetapi juga dari sisi tenaga kerja. Dari 380 pekerja yang ada, 60 persen di antaranya adalah pemuda Lamongan lulusan SLTA dan perguruan tinggi.

Mudah dijangkau

Lokasi wisata WBL bisa ditempuh dengan kendaraan jenis apa pun. Sebab, letaknya tepat di pinggir Jalan Raya Daendels, Desa Paciran, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Tepatnya satu jam perjalanan arah utara kota Lamongan dan satu setengah jam arah barat kota Surabaya.

Tidak jauh dari tempat itu, sekitar lima kilometer arah timur, pihak Pemkab Lamongan akan mengembangkan sebagai kawasan berikat yang dikenal dengan Lamongan Intregated Shorbase (LIS). Sementara itu, sekitar enam kilometer arah barat terdapat pelabuhan ikan Brondong yang dilengkapi dengan tempat pelelangan ikan yang sangat dikenal di Jatim.

Diakui atau tidak, potensi pertumbuhan ekonomi di utara Lamongan berjalan meyakinkan. Cluster pengembangan kawasan itu menjadi salah satu kawasan yang tingkat pertumbuhan ekonominya meningkat tajam.

Berdirinya WBL adalah hasil kerja sama antara Pemkab Lamongan dan PT Bunga Wangsa Sejati yang sebelumnya membangun Jatim Park I di Batu. Dari kerja sama itu, kemudian dibentuk PT Bumi Lamongan Sejati sebagai pihak yang mengelola WBL.

Di tengah optimisme pengembangan kawasan WBL, sejumlah pengunjung masih mengeluhkan persoalan klasik tentang kebersihan. Sebenarnya, pengunjung asal Sidoarjo, Wili Locarno (42), mengaku terkesan dengan tempat wisata WBL.

Saat itu, Sabtu (16/7), Wili datang bersama mertua, istri, dan kedua anaknya. Duduk di pinggiran kolam renang sehabis mandi, Wili mengatakan, Tempat ini menarik sekali. Tetapi sayang, kebersihan terutama di toilet masih belum terjamin, ujarnya.

Tidak hanya Wili, mertuanya, Sartika (64), mengatakan hal yang sama. Ia menyayangkan fasilitas dan potensi yang bagus itu harus ternoda oleh kebersihan yang kurang dijaga. Kapan tempat wisata kita menjadi tempat yang bebas dari kotoran?

1 comment:

Unknown said...

Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar 750juta saya sters hamper bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu dengan kyai ronggo, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI RONGGO KUSUMO kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan penarikan uang gaib 3Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 3M yang saya minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada. Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya sering menyarankan untuk menghubungi kyai ronggo kusumo di 082349356043 situsnya www.ronggo-kusumo.blogspot.com agar di berikan arahan. Toh tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sama baik, jika ingin seperti saya coba hubungi kyai ronggo kusumo pasti akan di bantu